16 Januari 2009

PSIS Menang 1-0

Terimakasih kepada rekan - rekan Pengurus, korwil - korwil Panser Biru se Kota semarang yang kemaren sore sudah datang kelapangan dan memberi dukungan yang tiada henti, dan akhirnya kita diberi oleh - oleh pulang dengan kemenangan 1 - 0 dari Persitara Jakarta utara, terimakasih juga kami ucapkan atas nama Pengurus PANSER BIRU atas Suporter Jakarta Utara "NJ" yang telah datang ke Semarang kami mohon maaf kalau dalam penyambutan kurang berkenan. Salam Olah raga maju sepak bola Indonesia

15 Januari 2009

Untuk Pengurus Pusat dan Korwil Panser Biru



Nanti sore ada pertandingan sepak bola Piala Copa Indonesia jam 15.00 wib, dimohon temen - temen pengurus pusat dan korwil - korwil untuk datang dan mempersiapkan kebutuhan dilapangan, untuk korlap harap bisa mengkondisikan juga untuk tamu suporter juga, jangan lupa di urus tempat transitnya tribun mana yang akan ditempati serta jangan lupa makan dan tiketnya juga. thanks

WK. Sekretaris Umum
Panser Biru PSIS Semarang


Indonesia dan Penjajahan

Sudah lebih dari 60 tahun sejak Bung Karno mendeklarasikan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia. Setelah melalui perlawanan atas penjajahan fisik selama kurang lebih tiga setengah abad. Kita telah merdeka secara fisik. Namun, ternyata mental-mental keterjajahan itu masih bersemayam dalam jiwa sebagian besar masyarakat kita. Betapa tidak, kita baru merdeka sekitar setengah abad, sedangkan rentang waktu penjajahan fisik itu sudah lebih dari tiga setengah abad.Tapi sayangnya alasan ini tidak bisa dijadikan argument pemaafan akan keterbelakangan bangsa kita. Lihat Malaysia dan Korea Selatan yang umur kemerdekaannya lebih muda dari Indonesia, sudah menjadi salah satu ‘Macan Asia’. Kualitas SDM dan SDA bangsa kita sama sekali tidak kalah dengan mereka, karena Allah menciptakan hardware(piranti keras) manusia itu sama potensinya. Begitu dahsyatnya keterbelakangan kita dalam berbagai bidang. Dalam hal ekonomi, bangsa ini dikuasai hegemoni kapitalis yang rakus. Segi politik, para preman jalanan itu telah mengganti baju mereka dengan jas dan dasi yang mewah namun dengan perilaku tak berubah. Di bidang moral, rasa kemanusiaan mati terhadap penghargaan nyawa. Persis puisi Kahlil Gibran tentang “Bangsa Kasihan”. Kasihan bangsa, yang menjadikan orang dungu sebagai pahlawan, dan menganggap penindasan penjajah sebagai hadiah. Kasihan bangsa, yang negarawannya serigala, filosofnya gentong nasi, dan senimannya tukang tambal dan tukang tiru. Kasihan bangsa yang tidak pernah angkat suara kecuali jika sedang berjalan di atas kuburan, tidak memberontak kecuali ketika lehernya sudah berada di antara pedang dan landasan

14 Januari 2009

Sikap Pemuda terhadap Persoalan Bangsa

Potensi yang dimiliki oleh generasi muda diharapkan mampu meningkatkan peran dan memberikan kontribusi dalam mengatasi persoalan bangsa. Persoalan bangsa, bahkan menuju pada makin memudarnya atau tereliminasinya jiwa dan semangat bangsa, sebagaimana yang dimaksudkan Socrates sebagai discovery of the soul . Berbagai gejala sosial dengan mudah dapat dilihat, mulai dari rapuhnya sendi-sendi kehidupan masyarakat, rendahnya sensitivitas sosial, memudarnya etika, lemahnya penghargaan nilai-nilai kemanusiaan, kedudukan dan jabatan bukan lagi sebagai amanah penederitaan rakyat, tak ada lagi jaminan rasa aman, mahalnya menegakan keadilan dan masih banyak lagi problem sosial yang kita harus selesaikan.Hal ini harus menjadi catatan agar pemuda lebih memiliki daya sensitivitas, karena bangsa ini sesungguhnya sedang menghadapi problem multidimensi yang serius, dan harus dituntaskan secara simultan tidak fragmentasi. Oleh karena itu, rekonstruksi nilai-nilai dasar bangsa ke depan perlu bberapa langkah strategis dalam mengatasi persoalan bangsa ; pertama, komitmen untuk meningkatkan kemandirian dan martabat bangsa. Kemandirian dan martabat bangsa Indonesia di mata dunia adalah terpompanya harga diri bangsa. Seluruh aktivitas pembangunan sejauh mungkin dijalankan berdasar kemampuan sendiri, misalnya dengan menegakkan semangat berdikari.Kedua, harmonisasi kehidupan sosial dan meningkatkan ekspektasi masyarakat sehingga berkembang mutual social trust yang berawal dari komitmen seluruh komponen bangsa. Pelaksanaan hukum, sebagai benteng formal untuk mengatasi korupsi, tidak boleh dipaksa tunduk pada kemauan pribadi pucuk pimpinan negara. Ketiga, penyelenggara negara dan segenap elemen bangsa harus terjalin dalam satu kesatuan jiwa Kata kucinya adalah segera terwujudnya sistem kepemimpinan nasional yang kuat dan berwibawa di mata rakyat yang memiliki integritas tinggi (terpercaya, jujur dan adil), adanya kejelasan visi (ke depan) pemimpin yang jelas dan implementatif, pemimpin yang mampu memberi inspirasi (inspiring) dan mengarahkan (directing) semangat rakyat secara kolektif, memiliki semangat jihad, komunikatif terhadap rakyat, mampu membangkitkan semangat solidaritas (solidarity maker) atau conflict resolutor.Dan untuk pemuda, mereka harus mempu memperjuangkan sistem nilai-nilai yang merepresentasikan aspirasi, sensitivitas dan integritas para generasi muda terhadap gejala ketidakadilan yang terjadi di masyarakat

Perlunya Pemuda Tampil

Ketahanan Nasional adalah suatu kondisi dinamis suatu bangsa yang terdiri atas ketangguhan serta keuletan dan kemampuan untuk mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi segala macam dan bentuk ancaman, tantangan, hambatan dan gangguan baik yang datang dari dalam maupun luar, secara langsung maupun yang tidak langsung yang mengancam dan membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta perjuangan dalam mewujudkan tujuan perjuangan nasional. Bentuk-bentuk ancaman tersebut menurut doktrin Hankamnas (catur dharma eka karma) adalah [1] ancaman di dalam negeri, misalnya pemeberontakan dan subversi yang berasal atau terbentuk dari masyarakat Indonesia. [2] ancaman dari luar negeri, seperti infiltrasi, subversi dan intervensi dari kekuatan kolonialisme dan imperialisme serta invasi dari darat, udara dan laut oleh musuh dari luar negeri.Melihat berbagai tantangan tersebut, seluruh elemen bangsa seperti pemerintah, masyarakat, generasi tua, wanita, pemuda dan sebagainya, memiliki peranan vital di masing-masing bidangnya. Namun, pemuda yang memiliki batasan produktif dalam berkarya, memiliki posisi yang penting. Dalam konstruksi pemuda, posisi generasi muda lebih sebagai subjek dibanding sebagai obyek dan pada tingkat tertentu berperan secara lebih aktif, produktif dalam membangun jati diri secara bertanggung jawab dan efektif. Artinya, kalaupun masih banyak pemuda yang berposisi sebagai obyek pembangunan, maka harus terjadi perubahan paradigma, sehingga posisi mereka sebagai obyek bisa berubah dengan pemberdayaan diri dan kesadaran berkarya.Dengan demikian, pemuda tidak hanya memiliki tantangan terhadap dirinya sendiri, yaitu melihat dirinya sebagai obyek pembangunan, tetapi tantangan luar yang menghampiri seluruh bangsa. Kesadaran untuk menjadi subyek sangat perlu dihayati bahwa solusi pengangguran dan berbagai problem pemuda lainnya, bisa diselesaikan oleh mereka sendiri. Kemampuan menyelesaikan problem obyektif yang ada diharapkan mampu mengantarkan pemuda untuk tampil menghadapi tantangan yang lebih luas lagi.

Peran Generasi Muda

Peran generasi muda dalam membangun bangsa kurang maksimal karena mereka tidak terwadahi dengan baik
Sebenarnya saat ini banyak anak muda yang pintar dan mempunyai keahlian yang tinggi. Generasi muda tetap bisa eksis walaupun banyak persoalan – persoalan yang melanda negeri ini.

Pancasila

1. Ketuhanan Yang Maha Esa
2. Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab
3. Persatuan Indonesia
4. Kerakyatan Yang dipimpin oleh hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan
5. Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia
Click Here!